Oleh : Yunia Rahmawati, S.Pd. (Guru Kelas IV SDN Sukarindik Kota Tasikmalaya)
MERDEKA belajar adalah program kebijakan baru Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI)yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Kabinet Indonesia Maju, Nadiem Anwar Makarim. Nuansa pembelajaran diharapkan menciptakan nuansa nyaman bagi peserta didik. Pembelajaran tidak hanya berpusat dengan penjelasan guru tetapi pembelajaran yang lebih membentuk karakter peserta didik yang berani, mandiri, cerdik , beradab, sopan, dan berkompetensi. Pembelajaran tidak mengandalkan system ranking yang menurut beberapa survey hanya meresahkan anak dan orang tua saja karena sebenarnya setiap anak memiliki bakat dan kecerdasan dalam bidang masing-masing.
Melansir berita dari CNBC Indonesia tanggal 21 Juli 2021, Pandemi Covid-19 telah berdampak kepada sektor pendidikan Indonesia. Banyak yang menilai PJJ kalah efektif dibandingkan tatap muka. Tantangan PJJ sangat besar. . Banyak daerah di Indonesia yang tidak mempunyai koneksi internet. Kalupun ada, biasanya lambat. Karena situasi darurat tersebut, pemerintah mengelurakan kebijakan kurikulum darurat dan proses pembelajaran tatap muka terbatas dengan memperhatikan level PPKM. Sebagai Daerah yang berada di PPKM level 3, saat ini Dinas pendidikan Kota Tasikmalaya telah mempersilahkan siswa untuk belajar PTMT (Pembelajaran Tatap Muka Terbatas)
Menyikapi hal tersebut, maka penulis mencoba menerapkan merdeka belajar pada saat PTMT. Di kelas IV SDN Sukarindik. Total siswa yang diperbolehkan mengikuti pada saat PTMT adalah 50% dari jumlah siswa di kelas. Berikut hal-hal yang menurut penulis perlu dilakukan untuk menerapkan merdeka belajar pada saat PTMT:
- Melakukan pembelajran tatap muka, bukan berarti pembelajran hanya diberikan kepada siswa tatap muka. Sebagai bentuk merdeka belajar pembentukan karkter anak yang berkompetensi, maka pembelajran perlu juga diberikan kepada siswa yang tidak tatap muka .Oleh karena itu, pada saat ini penulis memandang perlu memberikan pembelajaran berupa tatap muka dan daring. Pembelajaran daring diberikan kepada siswa yang tidak mengikuti tatap muka sehingga dengan waktu yang terbatas, siswa tetap dapat berkompetensi.
- Untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman, penulis memandang perlu saat pembelajaran anak tidak terfokus pada pemecahan masalah yang ada di dalam buku pembelajaran yang digunakan saat ini. Anak bisa kita berikan kebebasan dalam memilih cara meyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuannya tetapi mengarah pada tujuan yang sama. Sebagai contoh pada saat anak mempelajari memcahkan masalah faktor bilangan, maka berikan kebebasan pada anak untuk menggunakan cara yang berbeda dalam menyelesaikannya tetapi menuju hasil yang sama.
- Perlu penyusunan soal yang berstandar AKM. Apabila biasanya kita memberikan soal latihan berupa isian singkat, pilihan ganda. Namun saat ini, kita perlu membiasakan diri memberikan penilaian yang mengukur kemampuan bernalar menggunakan literasi, numerasi dan penguatan pendidikan karakter. Anak yang sudat terbiasa dengan penalaran literasi, numerasi dan penguatan karakter maka akan terbiasa memcahkan masalah dengan penalaran dalam kehidupan.
- Membiasakan penanaman karakter bagi seluruh siswa. Semua anak berhak memperoleh kesempatan. Di lapangan, tentu kita menemukan siswa yang cepat mempelejari suatu bidang, ada juga siswa yang lamban mempelajari suatu bidang. Hal ini akan memberikan rasa percaya diri (karakter positif) dan ego yang tinggi (karakter negatif) kepada siswa yang cepat, dan rasa rendah diri (karakter negative) bagi siswa yang lambat. Antara siswa yang cepat dan lamban, sebagai guru yang merdeka belajar, maka kita perlu memberikan kesempatan kepada keduanya. Kita perlu memberikan tindakan kolaborasi antara siswa yang berkarakter negative dan berkarakter posif untuk berkaloborasi menghasilkan karakter yang positif. Anak yang cepat dapat diberikan kepercayaan untuk membantu anak yang lamban, sehingga anak yang lamban dan cepat dapat maju bersama membangun karakter yang positif
- Memberikan penguatan karakter nilai-nilai pancasila kepada anak setiap ada kesempatan. Karakter anak SD adalah karakter yang masih perlu diingatkan terus menerus oleh kita sebagai pendidik. Nilai Pancasila sebagai jati diri bangsa perlu diterapkan sejak dini sebaiamana pepatah mengatakan “ Belajar di waktu kecil bagaikan menulis di atas batu, belajar di waktu dewasa bagaikan menulis di atas air.” Jika kita sudah membiasakan anak melakukan karakter sesuai nilai-nilai Pancasila sejak kecil, maka karakter itu tidak akan mudah luntur dibandingkan menanamkan karakter setelah dewasa.
Merdeka belajar akan tercapai jika kita sebagai pendidik menerapkan merdeka belajar di Lingkungan sekolah meskipun saat PTMT. Apabila tidak kita terapkan hanya sebagai slogan saja, maka program merdeka belajar tidak akan tercapai. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis yakin PTMT bukanlah situasi yang sulit dalam menanamkan merdeka belajar. Semua Pendidik dapat menyiasati merdeka belajar dalam berbagai keadaan demi terwujudnya tujuan pendidikan bangsa, termasuk pada saat PTMT.