SALIM PERDANA begitu nama lengkap pria muda ini. Selama ini, dia dikenal setia terhadap profesinya sebagai pebolang batu akik di Bumi Lubuklinggau, Musi Rawas dan Musi Rawas Utara yang sumber daya alamnya sangat melimpah.
“Batu akik tidak pernah ada matinya.Karena penggemar, penggiat dan komunitasnya masih banyak, tidak mengenal kasta atau tingkatan di tengah masyarakat. Begitu pun di Lubuklinggau sendiri, penggiat dan komunitas batu akik antar sesama mereka masih menjalin komunikasi serta silaturahmi. Ini peluang bagi kami para pebolang batu akik di Lubuklinggau,“ungkapnya
Salim Perdana mengakui, ketika batu akik booming tahun 2010-an, dia dan pemburu lainnya ketiban rejeki akik karena jumlah pesanan membludak. Namun, dia bukanlah pebolang “musiman” saat booming, karena dia mulai ngebolang batu akik ke hutan hutan, gunung atau sungai sudah dilakukannya sejak tahun 2008. Samoai sekarang dia masih tetap setia ngebolang baragam batu akik khas Lubuklinggau.
“Kalau dulu lagi booming, para pebolang bisa menjual dalam jumlah besar batu akik yang sudah jadi maupun dalam bentuk bongkahan. Kalau sekarang masih tetap banyak meski tidak seramai seperti tempo dulu.Artinya, kami tidak sampai kehilangan pasar.”jelas dia.
Bumi Lubuklinggau dan sekitarnya, menurut Salim Perdana, memang dikenal sebagai penghasil batu akik yang berkualitas, misalnya karena memiliki beragam corak dengan nama teratai. Mulai dari teratai merah, biru, hijau, hitam dan pancawarna, red muratara, serat kelabang, serat Lalang, red raflesia, lavender muratara dan masih banyak lagi jenis akik lainnya.”Batu akik teratai dari Lubuklinggau itu cukup dikenal hingga luar negeri, misalnya saya sempat menjual ke Vietnam, China dan negara lain meski melalui orang kepercayaan mereka yang ada di Jakarta atau Sukabumi.”
Batu akik teratai atau jenis lain hasil ngebolangnya, Salim Perdana menjualnya dalam bentuk bongkahan (bahan) dan akik sudah jadi (siap pakai). “Saya biasa menjual bongkahan dengan harga berkisar antara Rp.50.000 – Rp.100.000/kg.Sedangkan akik yang sudah jadi untuk cincin atau liontin biasanya pesanan saja dengan harga yang terjangkau Namun, ada pula harga akik yang sudah jadi itu cukup menggiurkan. Apalagi pada saat booming dulu,”ungkapnya.
Kalau soal pemasaran, dia biasanya melalui online dan ada pula yang datang ke rumahnya agar bisa pilih pilih sesuai selera.”Kalau yang beli via online biasanya orang luar kota atau luar negeri yang dikirim melalui jasa pengiriman.”jelasnya.
Walaupun pasar dan pemasarannya tidak seramai saat booming, Salim Perdana tetap saja setia ngebolang berbagai jenis batu akik khas Lubuklinggau. Selain ngebolang sendiri, dia pun biasanya membeli batu batu akik dari para pebolang lain, sehingga di rumahnya puluhan ton tersimpan. “Bahkan, untuk jenis akik teratai hitam ada stock sekitar 2 ton, dengan kualitas super. Sedangkan jenis lainnya dibawah 1 ton,”
Salim Perdana setiap hari ngebolang batu akik khas Lubuklinggau ke berbagai lokasi (hutan, gunung, atau sungai). Dia mengaku, tidak setiap hari mendapatkan bongkahan batu akik, seringkali zonk alias nihil.”Seminggu nge-bolang pun, kadang tidak mendapatkan batu akik. Namun kalau lagi hoki, satu lokasi saja bisa menemukan/mendapatkan puluhan kilo atau kwintalan, misalnya kemarin kita dapat 50 kg.”paparnya.
Sebelum mengakhiri obrolan dengan LINTAS PENA, Salim Perdana mengungkapkan, bagi para penghobi atau penggemar beragam batu akik dari Bumi Lubuklinggau yang membutuhkan bongkahan akik seperti teratai merah, biru, hijau, hitam dan pancawarna, red muratara, serat kelabang, serat lalang, red raflesia, lavender muratara dan masih banyak lagi jenis akik lainnya. Silakan menghubungi medos facebook: https://www.facebook.com/profile.php?id=100016989009692 atau nomer Tlp/WA: 082181970091 (REDI MULYADI)***
Komentar