Oleh: Irsyadul Ibad Abdillah, (Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang,Fakultas Ekonomi & Bisnis, Jurusan Ekonomi Pembangunan)
SEIRING berjalannya waktu Ekonomi tampaknya makin mengecam. Setelah keputusan pemerintah untuk menutup semua akses ke luar negri dan penerbangan antar daerah. Sampai yang kita benar-benar rasakan adalah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di berbagai kota di seluruh Indonesia.
Keterpurukan ekonomi ini tidak hanya dirasakan oleh Negara berkembang saja, melainkan banyak Negara maju juga resah sebab kedatangan mhakluk tak kasat mata ini. Amerika serikat misalnya, dia adalah raksasanya ekonomi di dunia. Tapi sejak covid-19 ini masuk kesana, amerika pun memberlakukan lockdown di berbagai kotanya, dan menyebabkan kemrosotan ekonominya. Begitupun Negara-negara besar di eropa yang memiliki kecanggihan teknologi pun tak mampu untuk berperang melawan covid-19 ini. Lockdown membuat keaadan ekonomi dibelahan eropa serasa sedang mati suri. Banyak masyarakat yang terus berkeluh kesah ke pemerintahan. Pemerintah pun juga sudah semaksimal mungkin mencoba berbagai strategi untuk memperbaiki ekonominya, tetapi tentu saja tidak semudah membalikkan tangan.
Melihat dari beberapa kebijakan yang diambil oleh Negara-negara lain baik amerika serikat dan eropa, Dalam hal ini Indonesia mengambil langkah berbeda. Dalam menghadapinya Pemerintah tetap membuka akses ekonominya, tetapi aktivitasnya dibatasi secara berkala. Mungkin kebijakan inilah yang paling efektif untuk keaadaan seperti ini.
Jika berbicara tentang kebijakan yang dilakukan pemerintah. Pemerintah melalui Bank Indonesia terus mengeluarkan berbagai strategi moneter dalam merespons penurunan ekonomi Indonesia yang sangat fluktuatif. Namun untuk saat ini beberapa kebijakan moneter yang diambil belum terdapat gambaran positif kedepannya. Jika dirasa memang perlu dalam keaadan seperti ini. Bank Indonesia harus menurunkan bunga hingga 4.5% untuk beberapa waktu kedepan. Seperti halnya penurunan suku bunga acuan BI (Seven- day reserve repo rate, BI7DRR)
Apa pentingnya suku bunga acuan diturunkan? Jadi ketika BI menurunkan suku bunga acuan, maka diharapannkan bank-bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR) juga turut ikut menurunkan suku bunga pinjaman (kredit). Penurunan suku bunga kredit ini harapkannya akan mendorong peningkatan sektor usaha karena turunnya biaya modal perusahaan (karena factor kredit lebih murah). Kebijakan ini juga biasanya akan didukung LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) dengan menurunkan suku bunga penjaminan sehingga membuat kebijakan moneter itu lebih efektif.
Bagaimana dengan keaadan stabilitas moneternya ? Secara umum, Bank Indonesia tampaknya terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, yang sering disebut analis sebagai intervensi pasar. Hal ini disebabkan oleh nilai rupiah yang tergolong mata uang lemah (soft currency), yang sangat mudah terombang-ambing nilainya. Jadi Bank Indonesia terus melakukan banyak upaya dalam hal ini.
Dalam situasi seperti inilah intervensi Bank Indonesia diperlukan, untuk menstabilkan kembali nilai rupiah, agar tidak semakin melemah. Adapun berbagai cara yang bisa dilakukan Bank Indonesia yakni Menambah jumlah US$, dan menjaga ketersediaan likuiditas, agar US$ kembali banyak di pasar.(***