Oleh: Ustadz Agus Al Fatih (Ki Ageng Kumbang Sedayu) Guru Besar SPIH Benteng Nusantara Jolang Emas Palembang)
“PERTAMA dalam mencari ilmu adalah mendengarkan, kemudian diam dan menyimak dengan penuh perhatian, lalu menjaganya, lalu mengamalkannya dan kemudian menyebarkannya”. – Sufyan bin Uyainah
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.
(Q.S Al-Mujadilah: 11)
“Bantinglah otak untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya guna mencari rahasia besar yang terkandung di dalam benda besar bernama dunia ini, tetapi pasanglah pelita dalam hati sanubari, yaitu pelita kehidupan jiwa”. – Al-Ghazali
“Barangsiapa belum pernah merasakan pahitnya menuntut ilmu walau sesaat, ia akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya”. – Imam Syafi’i
“Engkau tak dapat meraih ilmu kecuali dengan enam hal yaitu; cerdas, selalu ingin tahu, tabah, punya bekal dalam menuntut ilmu, bimbingan dari guru, dan dalam waktu yang lama”. – Ali bin Abi Thalib
“Esensi dari ilmu adalah untuk mengetahui apa itu ibadah dan ketaatan”. – Imam Ghazali
Manusia yang beruntung adalah manusia yang senantiasa memperbaiki diri dan selalu mempersiapkan dirinya untuk kehidupan yang kekal abadi kelak di akhirat, hakikat keberuntungan dan kesuksesan ialah manusia yang selamat kelak di yaumul akhir.
Dengan senantiasa melaksanakan muhasabah, di setiap waktu setiap detik seorang hamba tidak akan menyianyiakan waktu yang telah Allah berikan dalam kehidupannya, di sisa umurnya seoraang hamba akan dengan sebaik-baiknya memanfaatkan waktunya untuk berbuat baik demi meraih keridhoan Allah Subhanahu Wata’ala.
ILMU BERMANFA’AT KARENA TA’ DZIM ( HORMAT ) KEPADA GURU
Guru adalah di antara orang yang terpenting dalam kehidupan anak di samping orang tuanya. Bahkan Imam al-Ghazali menempatkan guru lebih tinggi kedudukannya dibandingkan orang tua. Sebab gurulah yang mengantarkan seorang anak (murid) meraih kebahagiaan akhirat, sedangkan orang tua hanya terbatas pada kebahagiaan dunia, maksudnya hanya mengasuh dan membesarkannya saja. Tentu saja yang dimaksud al-Ghazali ini adalah guru yang mengajarkan agama. Meski demikian, orang tua pun akan memiliki keutamaan seorang guru jika orang tua itu mengajarkan hal-hal yang akan mengantarkan anak kepada kebahagiaan akhirat.
Dewasa ini kita melihat berapa banyak pelajar yang pintar tapi kenapa ilmunya tidak bermanfaat, Justru membuat mudhorat, salah satu penyebabnya adalah tidak hormat kepada gurunya.
Sikap ta’dzim ini wajib dilakukan oleh murid kepada gurunya, sebagaimana syair Syekh Salamah Abi Abdul Hamid mengatakan sebagai berikut :
ذاان تكن متعلما فا متثلن # متعلما فيما يحل وعظم
Artinya : “Murid itu wajib taat kepada gurunya, menurut apa yang diperintahkan guru di dalam perkara yang halal, dan wajib ta’dzim (mengagungkan) kepada gurunya”.
Ciri-ciri Sikap Ta’dzim
ciri-ciri sikap ta’dzim ada 5 (lima) hal yaitu : a) Apabila duduk di depan guru selalu sopan.b) Selalu mendengarkan perkataan guru.c) Selalu melaksanakan perintah guru. d) Berfikir sebelum berbicara dengan guru.e) Selalu merendahkan diri kepadanya.
Inilah yang telah dipraktikkan dalam pendidikan Islam selama ribuan tahun, dan dengan cara ini guru-guru masa silam membentuk orang-orang shaleh.
Lalu mengapa kita tidak meneladaninya?
ALLAHUMMA SHOLI’ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA’ALA ALI SAYYIDINA MUHAMMAD
GUNAKAN WAKTUMU UNTUK HAL YANG MANFAAT, JANGAN GUNAKAN WAKTU UNTUK HAL YANG SIA-SIA
Karena waktu kita sangat terbatas didunia ini
Semoga bermanfaat ! Baarakallahufiikum..
KONSULTASI SPIRITUAL & SUPRANATURAL
Perguruan Seni Pernafasan dan Ilmu Hikmah (SPIH) “BENTENG NUSANTARA JOLANG EMAS” GRAHA AL QURAN JOLANG EMAS
Jl. Cipta Marga No.53 RT.53/03, ( Seberang Massjid Jami’ Abi Hasan Palembang)
Kel. Bukit Sangkal,Kec. Kalidoni Palembang – Sumatera Selatan Telp/WA: +62 813-6880-0114 *(REDI MULYADI)***
Komentar