(Pegawai Kantor Kementerian Agama Kota Tasikmalaya)
GURU adalah sosok yang selalu “di gugu dan ditiru”. Itulah ungkapan bagi sosok pahlawanan tanda jasa. Begitu melekatnya identitas bagi seorang guru, maka setiap tingkah lakunya akan menjadi sorotan masyarakat luas.
Seorang guru, ilmunya selalu dinantikan peserta didiknya. Kehadirannya selalu ditunggu di dalam kelas. Tugas guru sangatlah berat, selain memberikan pengajaran didalam kelas, lebih jauh lagi dituntut untuk membentuk karakter anak yang memiliki kepribadian dan kecerdasan secara akademik maupun sosial. Begitupun guru pada madrasah, mengemban tugas Kementerian Agama untuk mengajarkan peserta didiknya dengan penuh integritas, profesional, inovasi, tanggungjawab dan memberikan keteladanan.
Awal maret 2020, Indonesia dilanda wabah Corona atau yang disebut Covid-19. Pandemi wabah ini memberikan dampak yang cukup besar kedalam seluruh asepk kehidupan baik ekonomi, sosial termasuk pendidikan. Sekolah-sekolah tidak lagi melakukan pembelajaran tatap muka di seluruh jenjang pendidikan termasuk perguruan tinggi. Bagi dunia pendidikan, hal ini merupakan suatu ujian besar.
Tantangan bagi Guru Madrasah
Bahwa pembentukan karakter, akhlaq peserta, kedisiplinan maupun keteladanan peserta didik tidaklah bisa dilakukan melalui pendidikan non tatap muka, karena peserta didik secara langsung akan melakukan mitasi (meniru) apa yang diajarkan gurunya, namun kondisi pandemi yang belum mereda, menuntut para praktisi pendidikan harus memiliki kekebalan tubuh dalam berkreasi selain melaksanakan regulasi yang diberlakukan pemerintah. Inilah sebuah tantangan bagi dunia pendidikan. Para pendidik diharapkan untuk bisa berinovasi, memberikan pemikirannya, gagasannya sehingga dunia pendidikan tidak terhenti hanya karena adanya pandemi.
Tantangan ini haruslah disikapi secara bijak dan arif, serta mampu menjadikan peluang bagi pendidik untuk melakukan suatu terobosan, dibutkikan dengan gerak konkrit sehingga tujuan pendidikan tetap tercapai dalam rangka menghasikan peserta didik yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia.
Apa yang harus dilakukan guru sekarang ini ?
Madrasah hebat dan bermartabat merupakan ruh bagi seluruh pendidik di Madrasah. Tidaklah menjadi penghalang bagi kaum akademik madrasah untuk berkarya dalam rangka mencerdaskan anak bangsa. Kondisi sekarang ini, guru madrasah selain memberikan pengajaran melalui model non tatap muka, mengevaluasi hasil pembelajaran peserta didik di rumah, sisi lain bagi pelaku pendidik madrasah haruslah dijadikan peluang untuk berkarya, menajamkan pemikiran salah satunya dengan mengekploitasi pemikiran melalui media tulisan. Cara ini menurut penulis adalah satu cara yang murah, mudah dan bisa dikerjakan dimana saja, bisa dilakukan dengan waktu yang sangat luang oleh para guru. Mengapa guru harus menulis?. Sebagai contoh di Cianjur selama masa pandemi anak-anak SMA telah melahirkan 100 buah buku. Menurut penulis, ini adalah prestasi luar biasa. Penulis amati, sangatlah sedikit dunia pendidik berkontribusi dalam hal menulis. Pojok baca yang berada di sudut-sudut sekolah terkadang hanya sudut-sudut ruangan yang tidak berpenghuni. Salah satu penyebabnya membangun literasi disekolah tidak dimulai dari gurunya itu sendiri, sehingga aspek keteladanan menjadi faktor utama.
Menulis bisa jadi adalah tingkat pembelajaran terakhir manusia setelah mendengar, melihat, dan membaca. Menulis merupakan salah satu keahlian yang biasanya dapat dilakukan sesudah seseorang membaca (dalam rangka mengumpulkan data/bahan tulisan atau mendapatkan ide), mengkaji, menganalisis, lalu menuangkannya dalam rangkaian kata.
Sepatutnya guru didorong untuk memiliki kompetensi dalam hal penulisan seperti artikel, esai, makalah atau opini untuk menyampaikan ide, gagasan atau saran. Dengan tulisan yang berdaya, penulis dapat menggerakkan pembaca menyetujui isi tulisan dan mengerjakannya. Tentunya pengaruh yang bersifat positif, mengajak kepada kondisi yang lebih baik. Bagi guru madrasah dunia tulis menulis haruslah menjadi suatu pembiasaan, sehingga pemikirannya selalu dinamis, peka terhadap perkembangan dan mampu mengalisis terhadap berbagai persoalan, sehingga pembiasaan ini bisa ditularkan kepada peserta didiknya. Gerakan literasi di madraah jangan hanya menjadi slogan semata, mari dukung dengan mengerahkan seluruh sumber daya manusa madrasah khususnya para guru madrasah untuk berkiprah memberikan konsep, pemikiran dalam membangun bangsa dari ranah pendidikan melalui tulisan. SEMOGA