oleh

ASYIKNYA BETERNAK IKAN DI SEKOLAH (Kegiatan Ekoliterasi MASAGI-SDN Sukamulya)

Oleh : Irvan Kristivan, M.Pd.

 

LITERASI bukan sesuatu yang menjenuhkan. Bukan sesuatu yang kaku. Literasi adalah keseharian kita. Ketika kita mempelajari sesuatu, kemudian memahaminya, memaknai, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka itulah literasi. Literasi bukan sekedar membaca. Menurut UNESCO “literasi lebih dari sekedar membaca dan menulis. Literasi juga mencangkup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya”. Literasi tidak hanya membuat novel, puisi, atau cerpen. Bukan pula hanya mendongen dan bercerita.

Begitupun dengan kegiatan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS tidak hanya sekedar membaca 15 menit sebelum pembelajaran. Kegiatan literasi di sekolah dapat dikemas sedemikian rupa sehingga lebih menarik dan bermakna. Yang paling penting memberikan kebermanfaatan. Seperti halya yang dilakukan SDN sukamulya. Literasi dikemas sacara global dan khusus. Maksudnya, kegiatan literasi dilakukan oleh seluruh warga sekolah, namun ada juga yang dilakukan khusus oleh segelintir orang dalam kegiatan ekstakurikuler. Kegiatan ekstrakurukuler literasi SDN Sukamulya bernama MASAGI. Masagi mengusung tema Literasi alam, yaitu membaca literatur untuk memahami konsep, manfaat, dan cara menjaga lingkungan, menumbuhkan kepekaan terhadap lingkungan, mengeksplor peserta didik agar merasa dekat dengan buku dan lingkungan, serta menumbuhkan rasa simpati dan empati terhadap semua orang dan alam semesta.

Kegiatan Masagi bervariasi; membaca, menulis, bercerita, bermain, mading sekolah, bahkan hingga bercocok tanam. Bahkan ada event-event yang dikaitkan dengan momentum peringatan hari besar nasional maupun internasional, seperti : lomba kebersihan kelas dalam rangka hari lingkungan hidup, lomba baca puisi dalam rangka hari puisi sedunia, Masagi Readhing Chalenge (MRC) dalam rangka hari buku dan hak cipta sedunia, dan lain sebagainya.

Program kegiatan literasi Masagi akhir tahun 2017 adalah beternak ikan. Sejak bulan Agustus siswa-siswi peserta ekskul Masagi, diajak menebar ikan bersama di kolam sekolah. Ikan yang ditebar adalah ikan bawal seukuran jempol. Setiap hari bergiliran memberi makan ikan. Antusias mereka luarbiasa. Sisa-sisa makanan di rumahnya masing-masing dibawa ke sekolah utuk pakan ikan. Baru juga dua minggu, ikan-ikan itu sudah pada mati. Lebih dari ¾ ikan yang ditebar mati. Mereka-pun tampak sedih dan bingung. Namun, disitulah mereka belajar. mereka belajar bagaimana cara yang benar memberi makan ikan. Mereka belajar ikan apa yang cocok diternak di kolam sekolah yang ukurannya kecil, permukaan dari plur. Tak lantas dibuang, ikan-ikan itu pun digoreng dan masih bisa dimakan.

Beberapa hari kemudian, anak-anak Masagi kembali menebar ikan. Ikan yang ditebar adalah ikan lele seukuran dua jari tangan.  Hal serupa meraka lakukan. Hampir setiap hari mereka memelihara ikan. Menghampiri kolam dan memberi pakan. Namun, kali ini memberi pakan dengan bimbingan guru. Tiga bulan berlalu tak terasa. Hingga tiba bulan Januari tahun 2018. Tepat tanggal 6 Januari 2018 setelah kegiatan Readathon yaitu kegiatan membaca buku bersama-sama yang dikakukan setiap bulan pada sabtu pagi minggu pertama, anak-anak Masagi memanen ikan lele. Dengan semangat dan penuh keceriaan mereka memanen ikan lele. Siswa laki-laki yang turun ke kolam membawa sair bongkok. Gemuruh tawa siswa-siswi terdengar merdu. Wajah-wajah senang tersirat dengan jelas.

Setelah air kolam surut, ikan lele-pun berhasil dipanen. Dihitung satu persatu. Ternyata ikan lele yang dipanen tidak sebanyak saat menebarnya. Mereka kembali bingung. Dengan polosnya mereka bertanya ke guru “kenapa bisa jadi sedikit pa ?”. Mereka pun mendapat pelajaran yang berharga tentang beternak lele. Ternyata ikan lele berkurang karena terjadi kanibalisme, dimana ikan lele memakan ikan lele yang lain. Selama dua minggu libur semester tidak ada seorang-pun yang ke sekolah. Apa lagi memberi pakan ikan. Karena itulah ikan lele kelaparan. Untuk bertahan hidup, maka ikan lele memakan ikan lele yang lain. Hasilnya-pun berbeda, ada yang besar ada juga yang kecil.

Ikan-ikan lele itu-pun segera dibersihkan dan digoreng. Mereka dengan lahap dan gembira menyantap hidangan yang telah disediakan diatas daun pisang. Setelah sebelumnya disiapkan nasi liwet, sambal, bakwan, dan gorengan lainnya. Tentu saja menu utamanya adalah goreng ikan lele.

Dari beternak ikan mereka belajar dan mereka berlatih agar memiliki kecakanpan hidup cara beternak ikan agar kelak dapat bermanfaat bagi kehidupannya. Itulah bagian dari kegiatan literasi alam atau ekoliterasi. Dari alam mereka belajar, dari alam mereka mampu bertahan hidup. Semoga dengan mendekatkan siswa-siswi pada alam akan mencetak generasi yang cinta terhadap lingkungan cinta terhadap alam sekitar.

Selamat Hari Lingkungan Hidup Indonesia dan Hari Gerakan Satu Juta Pohon (10 Januari 2018). (Penulis, Guru Penjaskes SDN Sukamulya UPT Dinas Pendidikan Wilayah Barat Kota Tasikmalaya Jawa Barat.)***

Komentar