oleh

Hardiknas, Ramadhan, dan Covid 19

Nana Suryana, S.Ag. M.Pd. (Dosen IAI Latifah Mubarokiyah Tasikmalaya)

BELAJAR dari Covid 19, itulah tema Hari Pendidikan Nasional Tahun 2020. Hari pendidikan nasional tahun ini tidak diperingati seperti biasa, bukan karena bertepatan dengan bulan suci ramadhan, melainkan karena saat ini bangsa Indonesia sedang berjuang memutus mata rantai covid 19. Bahkan kementrian pendidikan dan kebudayaan telah mengeluarkan Pedoman Penyelenggaraan Hardiknas Tahun 2020 disampaikan melalui surat Nomor 42518/MPK.A/TU/2020, ter tanggal 29 April 2020 dan ditandatangani oleh Mendikbud Nadiem Anwar Makarim. Dalam pedoman tersebut, Kemendikbud juga meniadakan penyelenggaraan upacara bendera yang biasanya dilakukan satuan pendidikan, kantor Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah, serta perwakilan pemerintah Republik Indonesia di luar negeri sebagai bentuk pencegahan penyebaran Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).

Sebelum merebaknya virus corona, lazimnya di Indonesia dalam memperingati sebuah moment ulang tahun, minimal dilaksankan upacara bendara di lapangan dan dihadiri sejumlah orang bahkan ratusan. Namun tahun ini tidak akan terjadi. Semua itu dilakukan dalam rangka ikhtiar memutus mata rantai virus corona. Hal yang sama terjadi pada saat bulan suci ramadhan tahun 1441 H ini.

Bulan yang penuh rahmat, berkah, dan ampunan Allah SWT. telah menemui umat manusia. Kedatangan ramadhan tahun ini pun terasa berbeda. Kalau pada tahun-tahun sebelum muculnya virus ini semua aktivitas dalam rangka mengisi, meramaikan, dan memanfatkan bulan suci ramadhan yang penuh rahmat bisa dilakukan secara normal dan berjamaah. Tarawih, tadarus, dan ‘itikaf dilaksanakan di masjid secara berjamaah. Saat ini semua itu hanya bisa dilakukan di rumah.

Kalau dulu sebelum memasuki ramadhan masyarakat secara tradisi melaksanakan “mungahan” secara bergerombol, saat ini tidak bisa dilakukan (walaupun tidak wajib). Kalau dulu ada tradisi membangunkan warga dengan cara keliling kampung sambil membawa kentongan bahkan bedug, saat ini nyaris tak terdengar. Kalau dulu 10 hari menjelang idul fitri (lebaran), mundik/pulang kampung menjadi tradisi yang nyaris tidak bisa ditinggal oleh semua orang. Namun nampaknya ramadhan tahun ini tradisi itupun akan “lenyap”. Karena pemerintah republik Indonesia telah mengeluarkan larangan mudik.  Semua itu dilakukan sebagai upaya memutus mata rantai wabah covid 19. Semua itu tentu tidak sia-sia. Semua pasti banyak hikmah. Pelajaran dari moment Hardiknas, ramadhan, dan Covid 19 adalah pendidikan (tarbiyah).

Ramadhan Syahrut Tarbiyah          

            Syahrut tarbiyah dimaknai ramadhan sebagai bulan pendidikan. Bulan yang mampu mendidik manusia – terutama yang melaksanakan puasa. Untuk menilik ramadhan sebagai syahrut tarbiyah (bulan pendidikan) ada baiknya kita lihat salah satu definsi puasa (saum).

Puasa dalam pengertian syariat (umum) adalah suatu amalan ibadah yang dilakukan dengan menahan diri dari segala sesuatu seperti makan, minum, perbuatan buruk maupun dari yang membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari yang disertai dengan niat karena Allah SWT, dengan syarat dan rukun tertentu. Dari definis tersebut ada dua kata kunci yang menjadi koherensi (kertaitkan) ramadhan sebagai bulan pendidikan (syahrut tarbiyah)dengan situasi saat ini. Dua kata tersebut adalah yaitu menahan diri.

Merujuk pada KBBI, menahan memiliki banyak arti atara lain menghentikan;  mencegah; menanggulangi; tidak membiarkan lepas terus berlangsung; menopang (menyangga) supaya tidak rebah; membiarkan tidak terjadi (terwujud dan sebagainya); mengekang (hawa nafsu, keinginan, dan sebagainya); tidak meneruskan; tidak menyampaikan; tidak mengizinkan (untuk pergi, berangkat, dan sebagainya); dan mengurung (memenjarakan) untuk sementara.

            Keherensi definisi puasa di atas dengan situasi yang sedang terjadi saat ini (merbaknya wabah virus corona/Covid 19) adalah melalui bulan ramadhan ini kita dididik dan diajarkan untuk mampu menahan diri serta tidak melakukan segala sesuatu atau aktivitas yang memungkinkan wabah virus corona atau covid 19 ini terus menyebar di lingkungan terkecil sampai pada lingkungan terbesar, bangsa dan dunia.

            Di bulan suci ramdhan ini banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai wujud menahan diri terhadap penyebaran covid 19 ini yaitu; Pertama selalu menjaga imun tubuh dengan menaham diri memakan makanan yang memungkikan imum tubuh kita tidak kuat. Pada saat sahur dan berbuka makanlah makanan yang halall toyyiban, terutama makanan yang disunnahkan rasullah SAW. Jangan makan dan minum secara berlebihan.

            Kedua selalu menjaga kesahatan fisik/tubuh. Selain menjaga dengan makanan yang baik dan bergizi, menjaga kebersihan fisik/tuhuh dengan cara rajin mandi, berwudlu, dan cuci tangan. Bulan ramadhan ini pun, bulan yang banyak memberikan kesempatan kepada kita untuk terus menjaga kesahatan fisik/tubuh dengan cara rajin mandi malam, salat malam, dzikri, tadarus, dan itikaf di masjid. Semua aktivitas itu pasti diawali dengan mengambil wudlu terlebih dahulu.

            Ketiga, menjaga jarak baik secara sosial maupun fisik (social distance, physical distance. Bentuk ini bisa kita lakukan dengan mentaati dan melaksankan himbauan dan perintah dari pemerintah terkait dengan membatasi beberapa kegiatan yang memungkinkan terjadinya kerumunan orang banyak termasuk aktivitas sosial keagamaan. Selalu ditumah (bekerja dan beribadah di rumah saja). Menunda mudik pun sebagai bagian dari ikhtiar.

Keempat, adalah meningkatkan intensitas dan kualitas doa kita kepada Allah SWT. Sebab di bulan ramadhan ini doa kita akan dikabulkan oleh Allah SWT. Mari kita terus beroda semoga wabah virus corona ini segera Allah SWT cabut dan diganti dengan keberkahan, kedamaian, dan kenikmatan bagi ummat manusia. Amin ya rabbal alami. Wallahu ‘alam

Komentar