
Oleh : Dede Farhan Aulawi
INDONESIA, sebagai negara kepulauan yang terdiri dari lebih dari 17.000 pulau, menyimpan kekayaan budaya dan seni yang luar biasa. Setiap daerah memiliki identitas budaya yang khas, baik dari bahasa, pakaian adat, tarian, musik, hingga tradisi lisan yang diwariskan turun-temurun. Warisan ini bukan hanya menjadi kekayaan bangsa, tetapi juga bukti nyata keluhuran budaya dan seni Nusantara yang telah terbentuk sejak zaman dahulu.
Budaya Nusantara tidak muncul dalam waktu singkat. Ia terbentuk melalui proses panjang interaksi antar-suku, pengaruh luar, serta perkembangan sejarah yang kompleks. Misalnya, pengaruh Hindu-Buddha melahirkan candi-candi megah seperti Borobudur dan Prambanan, sedangkan pengaruh Islam memperkaya budaya lokal dengan nilai-nilai keagamaan yang tetap harmonis dengan adat istiadat. Akulturasi ini menjadikan budaya Nusantara unik dan luhur, karena mampu menyatukan perbedaan dalam harmoni.
Seni tradisional merupakan ekspresi penting dari keluhuran budaya Nusantara. Wayang kulit, batik, angklung, tari saman, dan berbagai bentuk seni lainnya bukan sekadar hiburan, tetapi juga sarana untuk menyampaikan nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial. Wayang, misalnya, mengandung ajaran filsafat dan etika yang mendalam. Batik bukan hanya corak kain, melainkan simbol identitas dan status sosial yang sarat makna. Semua ini mencerminkan kehalusan budi dan kecerdasan leluhur dalam mengolah estetika menjadi sarana pendidikan dan pelestarian nilai.
Namun, di tengah arus modernisasi dan globalisasi, keluhuran budaya dan seni Nusantara menghadapi tantangan serius. Generasi muda cenderung lebih akrab dengan budaya populer asing dibandingkan dengan warisan budaya lokal. Jika tidak disikapi dengan bijak, kelalaian ini dapat mengikis identitas nasional dan menyebabkan kepunahan budaya. Oleh karena itu, pelestarian dan revitalisasi budaya lokal harus menjadi tanggung jawab bersama, baik pemerintah, masyarakat, maupun institusi pendidikan.
Penting juga untuk menanamkan kebanggaan terhadap budaya sendiri sejak dini. Pendidikan karakter berbasis budaya lokal dapat memperkuat jati diri bangsa. Selain itu, pemanfaatan teknologi dan media sosial secara positif juga dapat menjadi alat untuk memperkenalkan seni dan budaya Nusantara ke dunia global. Keberhasilan promosi batik dan angklung di kancah internasional membuktikan bahwa warisan budaya kita memiliki daya saing yang tinggi jika dikelola dengan baik.
Dengan demikian, keluhuran budaya dan seni Nusantara adalah cermin kejayaan masa lalu sekaligus bekal untuk membangun masa depan. Melestarikannya berarti menjaga akar identitas bangsa, memperkaya kehidupan spiritual dan sosial, serta mewariskan kebijaksanaan leluhur kepada generasi berikutnya. Di tengah dunia yang terus berubah, budaya Nusantara adalah penanda jati diri yang tidak boleh kita lupakan.(****


Komentar