oleh

Menilik Sejarah Hari Ibu

-OPINI-24 views

Oleh Sugiharti

Di Indonesia  setiap tanggal 22 Desember dirayakan sebagai hari Ibu secara nasional. Tanggal ini ditetapkan  atas keputusan kongres perempuan Indonesia ke – III pada tahun 1938 di Bandung, yang kemudian dikukuhkan dengan Keputusan Presiden RI No 316 tanggal 16 Desember tahun 1959. Bukan tanpa alasan  Presiden Sukarno memilih tanggal 22 ini sebagai hari ibu.  Menilik sejarah hari ibu   tidak terlepas dari perjalanan sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Ketika masa penjajahan Belanda tidak ketinggalan para wanita-wanita hebat  ikut bertempur, berjuang melawan dan mengusir penjajah bersama dengan suaminya, seperti  Martha  Christina Tiahahu, Cut Nyak Dien, Cut Meutia, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Raden Ajeng Kartini,  Nyai Siti Walidah Ahmad Dahlan, Nyi Ageng Serang, Hj.Rangkay Rasuna Said, dan lain-lain. Hari ibu dirayakan untuk mengenang  semangat dan perjuangan para pahlawan  wanita-wanita hebat tersebut dalam memperjuangan, memajukan, meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara

Perjuangan mereka semakin terorganisir pada masa perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia, beberapa organisasi perjuangan wanita lahir untuk berjuang mewujudkan kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia. Pertumbuhan organisasi wanita yang dilatarbelakangi oleh berbagai aspirasi ini makin  meluas berkembang di berbagai daerah, sehingga muncul ide untuk membina persatuan diantara organisasi-organiasi tersebut. Untuk mewujudkan idenya, mereka mengadakan kongres Perempuan Indonesia yang pertama, yang digelar pada tanggal 22 sampai 25 Desember 1928 di Yogjakarta. Sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 berperan besar membakar semangat untuk menyelenggarakan kongres. Tak terbayangkan pada saat itu, Indonesia masih belum memiliki fasilitas tranportasi yang memadai, kultur budaya yang tidak mendukung, perempuan masih dianggap tabu untuk keluar rumah  para perempuan dari berbagai daerah hadir ke Yogyakarta untuk menghadiri kongres. Peristiwa tanggal 22 Desember dijadikan tonggak sejarah bagi  kesatuan pergerakan wanita Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan, memperjuangan perbaikan harkat, martabat, peran, dan kedudukan wanita atau ibu. Perjuangan mereka telah membawa wanita memiliki kedudukan dan peran lebih adil setara dengan laki-laki.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi  yang makin cangkih  saat ini, untuk memaknai dan memperingati hari ibu, diungkapkan dengan  menuliskan status di jejaring sosial, ucapan selamat hari ibu sebagai rasa cinta dan penghormatan terhadap ibu. Orang-orang saling bertukar hadiah dan menyelenggarakan  berbagai acara, bahkan membebaskan  ibu dari tugas-tugas rumah tangga yang sehari-hari dianggap merupakan kewajibannya, seperti memasak,  merawat anak dan urusan rumah tangga lainnya. Menurut penulis memperingati hari ibu adalah meneladani dan menghargai jasa-jasa perjuangan para pahlawan wanita yang telah memperjuangkan hak-hak perempuan untuk terlibat memajukan  bangsa. Berkat perjuangan mereka Ibu saat ini tidak lagi dianggap hanya sebagai konco wingking oleh suaminya. Memperingati hari ibu bukan sekedar menuliskan status di jejaring sosial ucapan selamat hari ibu. Peringatan hari ibu harus dimaknai dengan sungguh-sungguh mengingatkan kita betapa mulianya kedudukan seorang  ibu  dalam kehidupan umat manusia.  Hari ibu adalah peringatan  terhadap peran seorang ibu dalam keluarga dan sebagai anggota masyarakat. Dalam keluarga ibu berperan sebagai istri dan pendidik pertama untuk anaknya Dalam tugasnya sebagai pendidik, ibu melakukan pembentukan nilai-nilai, memberikan keteladanan sikap dan moral pada diri anak yang tertuju pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak secara utuh agar tumbuh menjadi dewasa dan mandiri. Sebagai anak dalam memperingati hari ibu bukan hanya memanjakan ibu pada tanggal 22 bebas dari tugas. Namun sebagai anak  berkewajiban untuk  tetap terus menghormati, memuliakan, mentaati perintahnya yang tidak bertentangan dengan printah dan larangan Allah SWT, menyayangi sepanjang hari sampai akhir hayatnya, dan selalu mendoakan ketika  diwafatkan.  (Penulis, Guru mata pelajaran IPS SMP N 7 Kota Banjar)***

 

Komentar