oleh

Nasehat Sang Idolaku “Belajarlah dari Burung Pipit,Nak”

Oleh: Redi Mulyadi (Pemimpin Redaksi TABLOID LINTAS PENA)

Dulu itu, aku termasuk anak yang Dulu itu, aku termasuk anak yang kepo ngkalee

Karena setiap kali ada yang tak kumengerti,pastinya aku akan bertanya

Ya, tentu bertanya kepada bapakku: almarhum Harun Sahrudin bin Eman Sulaeman (wafat 4 Desember 2017).

Pada suatu hari, Bapakku bilang:

““Belajarlah dari burung pipit,Nak…!”

“Bapak sendiri bagaimana?” tanyaku

Bapakmu ini tidak mampu dengan berbagai alasan,”ungkapnya,”Makanya,bapak menyuruhmu untuk belajar dari pipit…”lanjutnya.

“Koq,bapak nyuruh belajar dari pipit? Bukannya burung garuda, burung cenderawasih, buruk merak, burung kakatua, burung perkutut dan burung lainnya….”protesku.

Belajarlah dari hal kecil dulu,”jawabnya tak mau kalah.

“Oh, gitu yah?” sahutku.

Ya,”katanya

“Bukankah pipit itu dikenal sebagai hama? Bahkan petani sangat membencinya karena seringkali menghabiskan pagi yang sedang menguning? Bergerombol memakan padi, sehingga petani merugi,”kataku

Tidak seburuk yang kau bayangkan itu.”sahut bapakku,”Baiklah, perilaku yang dianggap hama bagi petani, janganlah kau tiru.”

“Lantas, kenapa harus meniru burung pipit??”akhirnya aku penasaran

Kau pernah melihat burung pipit membawa benang,kertas, dedadunan kering,plastik dan lainnya?

“Tentu saja sering…”

Untuk apa?”

“Ya,membuat sarang…”jawabanku benar.

Ya, itu memang benar untuk membuat sarang.Apakah kau tahu mengenai makna dari semua itu?”
“Tidak…”

Sarang adalah rumah bagi burung.”katanya.”Coba kau perhatikan, setiap saat dan setiap hari dengan rajinnya, burung pipit itu mengumpulkan bahan bangunan sarang dari benang,kertas, dedadunan kering,plastik dan lainnya. Hingga akhirnya burung pipit itu dapat membuat sebuah sarang (rumah) yang ukurannya besar, megah, kuat dan bagus dibandingkan dengan burung lain,”

Dengan cara seperti itu, lanjut bapakku, kita sebagai manusia yang sempurna dibanding burung pipit bisa melakukannya; meniru perilaku burung pipit untuk mendapatkan sebuah rumah.”Bapak tidak bisa melakukannya, karena baru mengerti dari burung pipit itu ketika usia sudah tua dan ada faktor lainnya. Itulah sebab,bapak ngasih saran/nasehat agar belajar dari burung pipit, karena kau masih muda,”

Lantas, nasehat bapakku itu kucoba dipatuhi dan alhamdulillah memang bisa terwujud dengan meniru/belajar hal positif dari Si Burung “Emprit” Pipit itu. Sebuah pelajaran berharga karena telah terbukti. Bapakku bersyukur karena aku telah dapat mewujudkannya

Alhamdulillah,bapak mah cuma bisa bersyukur karena keberhasilanmu,” itulah sempat terngiang ucapan almarhum ,” itulah sempat terngiang ucapan almarhum “Bapakku Pahlawanku Idolaku” Harun Sahrudinn bin Eman Sulaeman wafat 4 Desember 2017 ketika usia 84 tahun. Semoga Allah SWT menempatkannya di “rumah” surga. Amiin YRA.

Tasikmalaya, 9 Desember 2017

Komentar