Oleh : Dede Farhan Aulawi
ISTILAH “anarko” atau “anarkis” biasanya merujuk pada individu atau kelompok yang menganut paham anarkisme, yaitu sebuah ideologi politik yang menolak keberadaan otoritas hierarkis seperti negara, pemerintah, kapitalisme, dan lembaga-lembaga represif lainnya. Namun, dalam konteks lokal (misalnya di Indonesia), istilah “anarko” sering kali digunakan secara stereotipikal dan negatif, dan dikaitkan dengan aksi-aksi vandalisme atau kekerasan, meskipun hal ini tidak sepenuhnya mencerminkan ideologi anarkisme itu sendiri.
Identifikasi Umum Kelompok Anarko
Asal usul ideologi berakar dari Eropa abad ke-19. Tokoh-tokoh yang sudah dikenal seperti Pierre-Joseph Proudhon, Mikhail Bakunin, Emma Goldman, Peter Kropotkin. Secara ideologis menolak negara, kapitalisme, dan sistem hierarki, serta mendukung bentuk organisasi sosial yang horizontal, otonom, dan egaliter.
Jenis Anarkisme (Varian Ideologis) :
- Anarko-sindikalisme : Fokus pada kekuatan buruh dan serikat pekerja.
- Anarko-komunisme : Mendukung kepemilikan bersama atas alat produksi.
- Individualis anarkis : Menekankan kebebasan individu sepenuhnya.
- Anarko-primitivisme : Kritik terhadap peradaban modern dan teknologi.
Simbol-simbol Umum :
- Huruf “A” dalam lingkaran (Ⓐ).
- Bendera hitam atau kombinasi merah-hitam.
- Grafiti dengan simbol perlawanan.
Profil Sosial dan Perilaku
Profil Umum (di Indonesia dan global) :
- Usia : Mayoritas anak muda (remaja hingga dewasa muda).
- Latar belakang : Beragam, mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga buruh dan seniman jalanan.
- Gaya hidup : Sering mengadopsi gaya hidup DIY (do-it-yourself), antikonsumerisme, dan hidup minimalis.
- Komunitas : Sering berkumpul dalam kolektif atau komunitas alternatif, seperti ruang budaya independen, komunitas seni jalanan, atau gerakan akar rumput.
Kegiatan Umum :
- Aksi unjuk rasa (biasanya anti-otoritarian).
- Pengorganisasian komunitas.
- Distribusi zine (majalah indie), selebaran, literatur ideologis.
- Aksi langsung (direct action), termasuk sabotase dan boikot.
Persepsi dan Isu Keamanan
Kelompok anarko selama ini sering distigma negatif. Media dan aparat keamanan sering mengasosiasikan kelompok anarko dengan aksi kekerasan, perusakan fasilitas umum, vandalisme, atau kerusuhan dalam demo. Sebutan seperti “Anarko Sindikalis” pernah digunakan dalam konteks negatif di Indonesia, terutama saat demo besar seperti May Day atau aksi reformasi. Perlu dibedakan bahwa tidak semua anarkis adalah pelaku kekerasan. Banyak kelompok anarko yang fokus pada pendidikan politik, aktivisme sosial, dan solidaritas komunitas, bukan kerusuhan.
Kelompok Anarko di Indonesia (Profil Lokal)
Ciri-ciri Umum :
- Terlibat dalam unjuk rasa buruh, mahasiswa, atau isu sosial lainnya.
- Sering berafiliasi secara longgar (tidak terstruktur) dalam kolektif.
- Beberapa kolektif dikenal aktif dalam diskusi publik, literasi politik, hingga seni perlawanan.
Contoh Aktivitas :
- Penerbitan zine anarko di kota-kota besar (Jakarta, Yogyakarta, Bandung).
- Kolektif punk atau komunitas jalanan.
- Aksi tolak reklamasi, tambang, penggusuran, dsb.
Tantangan dalam Profiling
Kelompok anarko tidak memiliki struktur hierarkis, sehingga sulit untuk dipetakan secara konvensional. Identitas individu sering disembunyikan (anonim), tidak ada keanggotaan resmi. Ideologinya mendorong ketidaktergantungan, sehingga mereka bergerak secara otonom, bukan sebagai organisasi besar.
Dengan demikian, profiling kelompok ideologis seperti anarko harus dilakukan dengan hati-hati dan objektif, agar tidak jatuh dalam generalisasi, stereotip, atau justifikasi represif. Penting membedakan antara aktivisme ideologis damai dan kriminalitas.(****




Komentar