oleh

OPINI ANTON CHARLIYAN: Penembakan di Mabes Polri Mengindikasikan Lemahnya SOP Sistem Keamanan Markas Komando

 

Oleh: DR H Anton Charliyan MPKN.

TERJADINYA penembakan oleh seorang wanita muda yang teridentivikasi bernama Zakiah Aini membuat terkejut seluruh masyarakat di republik ini. Pertama tama kami turut prihatin atas kejadian tsb. Dan ini merupakan kejadian yang ketiga golongan radikal beraksi di Markas Besar Kepolisian.Pertama pemboman Gedung Bhayangkari , kedua penyanderaan di Mako Brimob dan   Ketiga saat ini penembakan ruang jaga Mabes Polri.

Hal itu  perlu disikapi sangat  serius oleh Polri dan seluruh elemen Bangsa. Karena dengan terjadinya hal tsb menunjukan satu bukti yang nyata nyata di depan mata bahwa :

Pertama, Mabes Polri saja sudah berani diserang secara terang-terangan, artinya mengisyaratkan kelompok mereka sudah berani menantang Polri sampai disartroni kekandangnya , menantang Polri sebagai  aparat negara untuk perang secara terbuka.

Kedua mengindikasikan bahwa kelompok radikalisme & terorisme ini sudah masif mengakar dan menyebar ke segala arah & lapisan, tua muda, laki laki perempuan, bahkan Terbukti pelaku penembakan ternyata seorang wanita yg masih muda baru berumur 26 tahun.

Ketiga menunjukan lemahnya Standar Oprasional Sistem (SOP) keamanan markas komando di Mabes Polri. Artinya setingkat Mabes Polri saja , ada orang bawa senjata sampai tidak terdeteksi, dan inipun bisa juga sebagai sebuah pesan, satu pelecehan terhadap marwah harkat dan wibawa Mabes Polri. Ternyata Mabes Polri saja sebagai Rajanya Polri sistem keamananya begitu mudah ditembus & ditaklukan.apalagi ditempat lain.

Keempat sangat prihatin dengan teknik dan taktik penanganan dalam melumpuhkan penyerang. Seharusnya bisa dilumpuhkan dan ditangkap hidup hidup sehingga bisa dikorek keteranganya untuk menggali dari kelompok mana dan siapa dalang yang menggerakan di balik semua ini. Dengan tewasnya pelaku yang memang sengaja di pasang seorang wanita memberi pesan juga seolah olah Polri bertindak tidak profesional dan telah membunuh seorang wanita. Hal ini justru yang sangat diharapkan oleh kelompok radikal tsb untuk mengundang simpati agar masyarakat dunia mencemoohkan Polri.

Kelima, ada kesan sebagai  satu mediodrama aksi balas dendam tertembaknya anggita FPI ???.

Apapun juga yang terjadi dengan adanya peristiwa ini , menunjukan bahwa kelompok radikal sudah ada di titik Zona Lampu Merah. bukan hanya untuk Polri tapi untuk seluruh masyarakat dan Bangsa Indonesia. Untuk hal ini tidak bosan-bosannya kami ingatkan ,mari kita buka mata dan hati kita dg jernih,  bahwa musuh kita sudah ada di depan mata. mari kita lawan bersama. Dan saat inilah kita betul betul  harus kompak menabuh genderang untuk melawan kelompok radikal ini dengan super serius. Kikis habis sampai ke akar-akarnya. Sejalan dengan pesan Presiden RI Pak Jokowi beberapa waktu yang lalu. Karena kalau tidak dikikis habis,  setiap saat pasti akan terus merongrong dan merongrong bangsa dan negara ini dengan segala cara. Ibarat penyakit sudah jadi penyakit kronis. Bahkan saat ini kelompok radikal tsb, bukan hanya sebagai penyakit. tapi sudah jadi habitus kronis di Indonesia.

Kemudian mohon Waspadai Juga Keamanan Internal Polri. Tidak menutup kemungkinan di tubuh Polri pun sudah terpapar gerakan ini. Karena gerakan ini kita amati sudah begitu masif masuk kesegala lini.

Salah satu alternatif solusinya, penanganan masalah ini bukan hanya bersipat operasi lapangan secara phisik saja,  tapi gerakan ini lebih kepada  indoktrinasi secara ideologi .maka cara memerangi dan mengantisipasinya pun harus dengan  War Iedologi. Perang Iedologi secara masif dan terstruktur.karena merekapun bila kita amati sudah melakukan  indoktrinasi  indoktrinasi  secara masif dan terstruktur ke segala lini tidak tekecuali mahasiswa .dosen  BUMN. .ASN dll . Bahkan TNI POLRI tadi kami sampaikan tidak menutup kemungkinan sudah ada yang terpapar.

Jika TNI Polri sudah terpapar pertanda negara akan mengalami sakit kronis yang panjang.Salah satu upaya yang pernah dilakukan untuk  antisipasi War Iedologi ini , kami pantau pernah dilakukan oleh Polda Jabar pada tahun 2017 dengan mengadakan  Sawala Kebangsaan, ( semacam pelatihan singkat camping out bond, selama 3 hari namun khusus masalah radikalisme dan intoleransi )  dengan mengikut sertakan elemen inti kader kader  masyarakat, mulai dari kader tokoh tokoh central kelompok LSM,Ulama ,Dai Kamtibmas. akhli ahli IT, dosen, mahasiswa budayawan dll. agar sadar arti penting bahaya radikalisme. Karena untuk menangani masalah ini sebagaimana kita sadari bersama  bukan hanya tanggung jawab Polri semata,  tapi harus menjadi tanggung jawab seluruh elemen masyarakat. POLRi  tidak bisa bekerja sendiri. Mutkak harus dibantu seluruh elemen masyarakat . Namun baru 3 kali dilaksanakan  tidak sempat berlanjut karena pola ini membuat gerah & ketakutan kelompok kelompok radikal.

Dan seperti biasanya mereka melakukan pembusukan pembusukan Hoax, dll terhadap upaya upaya yang pernah dilakukan Polda Jabar tsb. Sehingga pola yang dilakukan Polda Jabar ini ,  mendapat respon kurang positif baik dari pihak internal maupun dari Mabes Polri sendiri.

Maka dengan adanya kejadian ini semakin banyak PR Polri di awal tahun 2021 ini. Lalu apakah semua peristiwa yang terjadi akhir akhir ini ada keterkaitan satu dengan yang lainya? Mulai dari tertembaknya anggota FPI, Sidang HRS , pemboman Makasar. ledakan Pertamina Balongan. dan sekarang penembakan Mabes Polri. PR besar Polri dan PR yang harus kita jawab bersama

Masih akan munculkah  aksi aksi lain yang akan terjadi ? , Insya Allah dengan kebersamaan POLRI -TNI dan seluruh elemen masyarakat semua akan teratasi . Semoga kejadian penembakan penjagaan Mabes Polei ini ; merupakan yang terakhir dari yang terakhir.. ****

Komentar