oleh

Puncak Peringatan Hari Kebangkitan Nasional Ke-110 Tingkat Kabupaten Tasikmalaya

Kab.Tasik, LINTAS PENA

Pemerintah Darah Kabupaten Tasikmalaya mendapat penghargaan Treasury Award dari Kementerian Keuangan RI. Penghargaan itu diterima setelah Kabupaten Tasikmalaya dinyatakan sebagai Pemerintah Daerah terbaik ketiga dalam kategori pengelolaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik 2017 pada acara Pemberian Penghargaan Treasury Awards yang digelar baru-baru ini di Kantor Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Jawa Barat.

            Treasury Award adalah Penghargaan yang diberikan sebagai bentuk apresiasi atas baiknya pengelolaan anggaran Pemerintah Daerah. Ada empat kategori penghargaan yang diberikan, yaitu Implementasi Sistem Informasi Kredit, Kelengkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, Penyaluran Dana Desa, dan Pengelolaan DAK.

Penghargaan tersebut diperlihatkan Wakil Bupati Tasikmalaya, Ade Sugianto, dalam Upacara Hari Kebangkitan Nasional ke-110 yang berlangsung di Halaman Sekretariat Daerah Kabupaten Tasikmalaya, Singaparna, Senin (21/5/ 2018).

Atas diraihnya penghargaan tersebut Wakil Bupati merasa bersyukur dan berharap agar agar jajaran Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya dapat bekerja lebih baik dalam meningkatkat tata kelola pemerintahan.“Penghargaan ini mudah-mudahan dapat menjadikan motivasi bersama untuk terus meningkatkan kinerja menjadi semakin baik, sehingga apa yang dikerjakan oleh Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya dapat benar-benar dirasakan oleh masyarakat kabupaten Tasikmalaya, “ucapnya.

Terkait peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-110 yang bertemakan “Pembangunan Sumber Daya Manusia Memperkuat Pondasi Kebangkitan Nasional Indonesia Dalam Era Digital”, Wakil Bupati Tasikmalaya menyampaikan sambutan tertulis Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Rudiantara dengan  mengatakan antara lain,  dalam dua tahun kedepan, Indonesia  akan memasuki sebuah era keemasan dalam konsep kependudukan, yaitu era keemasan bonus demografi di mana bonus demografi menyuguhkan potensi keuntungan bagi bangsa karena proporsi penduduk usia produktif lebih tinggi dibanding penduduk usia non produktif.

“Menurut perkiraan Badan Pusat statistik (BPS), rentang masa ini akan berpuncak nanti pada tahun 2028 sampai 2031, yang berarti tinggal 10-13 tahun lagi. Proyeksi keuntungan bonus demografi itu akan tinggal menjadi proyeksi jika kita tak dapat memaksimalkannya. Usia produktif akan tinggal menjadi catatan tentang usia daripada catatan tentang produktifitas, jika mutu sumber daya manusia produktif pada tahun-tahun puncak bonus demografi tersebut tidak dapat mengungkit mesin pertumbuhan ekonomi pada saat itu, angka ketergantungan penduduk diperkirakan mencapai titik terendah, yaitu 46,9 %, “ujarnya.

“Generasi bonus demografi yang kebetulan juga beririsan dengan generasi milenial, pada saat yang sama juga terpapar oleh massifnya perkembangan teknologi, terutama teknologi digital. Digitalisasi di berbagai bidang ini juga membuka jendela peluang dan ancaman yang sama. la akan menjadi ancaman jika hanya pasif menjadi pengguna dan pasar, namun akan menjadi berkah jika kita mampu menaklukannya menjadi pemain yang menentukan lanskep ekonomi berbasis digital dunia, “tambahnya.

Sesuai arahan  Presiden Joko Widodo, Rudiantara menyampaikan perlunya dunia pendidikan bekerja sama dengan dunia industri dan bisnis untuk mencari terobosan-terobosan baru dalam pendidikan vokasi dengan membentuk  jurusan-jurusan baru, baik di tingkat pendidikan tinggi maupun juga di tingkat menengah, yang berkaitan dengan keahlian dan ilmu terapan, yang diciptakan untuk memasok industri akan tenaga terampil yang siap kerja.

Rudiantara mengingatkan,  keberadaan Bangsa Indonesia saat ini tidak lepas dari hasil perjuangan pahlawan pejuang kemerdekaan. “Ketika rakyat berinisiatif untuk berjuang demi meraih kemerdekaan dengan membentuk berbagai perkumpulan, lebih dari seabad lalu, kita nyaris tak punya apa-apa. Kita hanya memiliki semangat dalam jiwa dan kesiapan mempertaruhkan nyawa. Namun sejarah kemudian membuktikan bahwa semagat dan komitmen itu saja telah cukup asalkan, kita bersatu dalam cita-cita yang sama yaitu kemerdekaan bangsa. Bersatu, adalah kata kunci ketika kita ingin menggapai cita-cita yang sangat mulia namun pada saat yang sama tantangan yang mahakuat menghadang di depan, “katanya.

Menurut Rudiantara, para pendahulu yang berkumpul dalam organisasi-organisasi seperti Boedi Oetomo memberikan yang terbaik bagi terbentuknya bangsa melalui organisasi. Bukan pertama-tama dengan memberikan harta dan senjata, melainkan dengan komitmen sepenuh jiwa raga, dengan segala keterbatasan sarana dan prasarana saat itu, mereka terus menghidup-hidupi api nasionalisme dalam diri masing-masing. Seratus sepuluh tahun kemudian bangsa ini telah tumbuh menjadi bangsa yang besar dan maju, sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Meski belum sepenuhnya sempurna, rakyatnya telah menikmati hasil perjuangan para pahlawannya berupa meningkatnya perekonomian, kesehatan, pendidikan, dan sebagaianya. Keringat dan darah pendahulu bangsa telah menjelma menjadi hamparan permadani perikehidupan yang nyaman dalam rengkuhan kelambu kemerdekaan,”tegasnya.

Rudiantara menyebutkan, dalam butir kelima dari Nawacita Kabinet Presiden Joko Wiododo dan Wakil Presoiden Jusuf Kalla berisi visi untuk meningkatkan kualitas hidup  manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan . “Pada awal tahun ini, visi tersebut mendapat penekanan lebih melalui amanat presiden Joko Widodo yang menyatakan bahwa pemerintah akan meningkatkan pembangungan Sumber Daya Manusia (SDM) pada tahun 2019, melanjutkan percepatan pembangunan infrastruktur yang menjadi fokus pada tahun-tahun sebelumnya. Melalui pembangunan manusia yang terampil dan terdidik, pemerintah ingin meningkatkan daya saing ekonomi dan secara simultan meningkatkan kapasitas SDM nya, “paparnya.

Perlunya peningkatan peran SDM menurut Rudiantara, dikarenakan kekayaan alam merupakan sumber daya yang terbatas, butuh segudang prasyarat untuk bisa dieksploitasi, selalu ada limit untuk menggenjot pemanfaatannya, sedangkan sumber daya manusia kita menyediakan kapasitas dan kapabilitas yang sangat luas untuk dikembangkan. Kebangkitan SDM Indonesia secara bersama-sama dan kompak, tanpa terindikasi oleh godaan-godaan yang kontraproduktif, akan membawa kepada kejayaan bangsa, selain secara otomatis bagi individu-individunya sendiri.

Rudiantara berharap, dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional, diharapkan terjadinya upaya-upaya penyadaran setiap masyarakat Indonesia, untuk mengembangkan diri dan merebut setiap peluang untuk meningkatkan kapasitas diri yang dibuka oleh berbagi pihak, baik oleh pemerintah, badan usaha, maupun masyarakat sendiri. Pengembangan kapasitas sumberdaya manusia juga harus diletakan dalam konteks pemerataan dalam pengertian kewilayahan, agar bangsa ini bangkit secara bersama-sama dalam kerangka kebangsaaan Indonesia.(****)*

 

Komentar