oleh

Kupas Tuntas Ilmu Rajah “Wafaq” Agar Tidak Gagal Paham

Oleh: Ustadz Feriyandi (Supranatural Enthusiast/Spesialis Ilmu Rajah)

WAFAQ adalah bagian dari cara berusaha dengan tetap melandaskan keyakinan, hingga diharapkan sebagai tabarrukan (ngalap barokah), sebagai obat, dan jimat.

Terkait dengan praktik kemusyrikan serta asumsi bahwa wafaq atau rajah dianggap sebagai alat untuk menggelincirkan manusia ke praktik kemusyrikan. Jawaban kita tegas, bukan.

Wafaq  bukan keharaman dan  bukan pula kemusyrikan. Wafaq dihukumi boleh jika hanya digunakan untuk kebaikan dan kebenaran.

واذكروا نعمت الله عليكم وما أنزل عليكم من الكتاب والحكمة يعظكم به , واتقوا الله واعلموا أن الله بكل شيء عليم

Artinya: “Dan ingatlah nikmat Allah padamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu yaitu al-Kitab dan al-Hikmah (As Sunnah). Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. Dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS Al-Baqarah 2:151)

فهزموهم بإذن الله وقتل داوود جالوت وآتاه الله الملك والحكمة وعلمه مما يشاء , ولولا دفع الله الناس بعضهم ببعض لفسدت الأرض ولكن الله ذو فضل على العالمين

Artinya: “Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam”. (QS Al-Baqarah 2:269)

يؤتي الحكمة من يشاء , ومن يؤت الحكمة فقد أوتي خيرا كثيرا , وما يذكر إلا أولو الألباب

Artinya: “Allah menganugerahkan al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)”.

Imam Ibnu Hajar Al-Haitami (909-974 H), mufti Syafii berkebangsaan Mesir, menjelaskan masalah ini dalam kitabnya aL-Fatawi al-Haditsiyyah.

وَسُئِلَ) فَسَحَ اللّٰهُ فِيْ مُدَّتِهِ، مَا حَكْمُ الْأَوْفَاقِ؟ (فَأَجَابَ) نَفَعَ اللّٰهُ بِعُلُوْمِهِ بِأَنَّ عِلْمَ الْأَوْفَاقِ يَرْجِعُ إِلَى مُنَاسَبَاتِ الْأَعْدَادِ وَجَعْلِهَا عَلَى شَكْلٍ مَخْصُوْصٍ، وَهَذَا كَأَنْ يَكُوْنَ بِشَكْلٍ مِنْ تِسْعِ بُيُوْتٍ مَبْلَغُ الْعَدَدِ مِنْ كُلِّ جِهَةٍ خَمْسَةُ عَشَرَ، وَهُوَ يَنْفَعُ لِلْحَوَائِجِ وَإِخْرَاجِ الْمَسْجُوْنِ وَوَضْعِ الْجَنِيْنَ وَكُلِّ مَا هُوَ فِيْ هَذَا الْمَعْنَى. وَكَانَ الْغَزَالِيُّ رَحِمَهُ اللّٰهُ يُعِثُّنِيْ بِهِ كَثِيْرًا حَتَّى نُسِبَ إِلَيْهِ، وَلَا مَحْذُوْرَ فِيْهِ إِنِ اسْتُعْمِلَ لِمُبَاحٍ، بِخِلَافِ مَا إِذَا اسْتُعِيْنَ بِهِ عَلَى حَرَامٍ، وَعَلَيْهِ يُحْمَلُ جَعْلُ الْقَرَافِيُّ الْأَوْفَاقَ مِنِ السِّحْرِ (فَتَاوِي الْحَدِيْثِيَّةِ لِابْنِ حَجَرٍ اَلْهَيْتَمِيِّ.

Artinya: “(Ia ditanya) Semoga Allah melapangkan kehidupannya. Apakah hukum wafaq? (Ia menjawab) Ilmu wafaq itu mendasarkan kepada persesuaian bilangan-bilangan dan dibuat dalam bentuk yang khusus. Ini misalnya berupa bentuk sembilan kotak, yang jumlahnya dari setiap sudutnya berjumlah lima belas. Ilmu wafaq ini bermanfaat untuk tercapainya berbagai hajat, melepaskan dari tawanan (penjara) dan mempermudah proses melahirkan anak, dan maksud-maksud yang serupa.Imam Al-Ghazali sering mendorong saya menggunakan ilmu wafaq sehingga ilmu wafaq dinisbatkan (dihubungkan) kepadanya. Ilmu wafaq tidak dilarang bila digunakan untuk sesuatu yang boleh, berbeda bila dipergunakan untuk sesuatu yang haram. Dalam hal ini, Al-Qarafi memaknai wafaq yang digunakan untuk sesuatu yang haram sebagai ilmu sihir”.

Abul ‘Abbas Ahmad ‘Ali al-Buni (w. 622 H). Dalam mukaddimah kitab masyhurnya, Syamsul Ma‘arifil Kubra, ia mengatakan:

إِنَّ الْمَقْصُوْدَ مِنْ فُصُوْلِ هَذَا الْكِتَابِ اَلْعِلْمُ بِشَرْفِ أَسْمَاءِ اللهِ تَعَالَى وَمَا أَوْدَعَ اللهُ تَعَالَى فِيْ بَحْرِهَا مِنْ أَنْوَاعِ الْجَوَاهِرِ الْحِكْمِيَّاتِ وَلَطَائِفِ الْإِلَهِيَّةِ وَكَيْفِ التَّصَرُّفِ بِأَسْمَاءِ الدَّعَوَاتِ وَمَا تَابِعِهَا مِنْ حُرُوْفِ السُّوَرِ وَالْأٰيَاتِ، وَجَعَلْتُ هٰذَا الْكِتَابَ فُصُوْلًا لِيَدُلُّ كُلُّ فَصْلٍ عَلَى مَا اخْتَارَهُ وَأَحْصَاهُ مِنْ عُلُوْمٍ دَقِيْقَةٍ يُتَوَصَّلُ بِهَا لِلْحَضْرَةِ الرَّبَّانِيَّةِ مِنْ غَيْرِ تَعَبٍ وَلَا إِدْرَاكِ مَشَقَّةٍ وَمَا يُتَوَصَّلُ بِهَا إِلَى رَغَائِبِ الدُّنْيَا وَمَا يَرْغَبُ فِيْهِا…. ( شَمْسُ الْمَعَارِفِ الْكُبْرَى لِلْإِمَامِ عَلِيْ اَلْبُوْنِي،)

Artinya: “Bahwa tujuan dari penulisan kitab ini adalah untuk mengetahui kemuliaan asma (nama-nama) Allah SWT dan segala yang Allah SWT simpan dalam samudera asma-Nya: beragam permata kebijaksanaan, isyarat atau rahasia ketuhanan (al-latha’iful Ilahiyyah), dan tata cara mengamalkan asma untuk doa-doa, serta segala yang mengikuti asma-asma tersebut berupa huruf-huruf surat dan ayat-ayat mencakup ilmu-ilmu yang mendalam yang dipergunakan untuk bersimpuh ke hadapan Tuhan tanpa susah payah dan tanpa kesukaran, juga mencakup ilmu-ilmu yang dipergunakan untuk mencapai kesenangan dan kemewahan dunia”.

Kesimpulan dari tulisan diatas adalah, bahwa wafaq bukan alat untuk memusyrikan, bukan pula itu kesyirikan. Wafaq adalah seni menulis huruf dan kalimah Arab, dengan tinta yang dicampur misik atau za’faron sebagai alat tulisnya. Tujuannya adalah keberkahan, mengharap keselamatan. Biasanya setiap wafaq yang akan ditulis selalu diawali hadarat, dan penulisan lafdz asma jaljalut sebagai isi dari wafaq tersebut.

Wafaq secara singkat berarti mewujudkan sesuatu itu seimbang,  serasi, senada, sejajar. Sebaliknya menurut ijmal (umum) mempunyai arti  abjad, huruf-huruf, angka-angka yang berlukiskan kaidah tertentu guna  menciptakan kemampuan melakukan tindakan yang diinginkan, sebagai jalan pengobatan, pemeliharaan, kemanfaatan , memudahkan rizqi.

Rajah dan wafaq ialah barang mati yang diciptakan oleh orang  yang memiliki ilmu hikmah tingkat tinggi. Wafaq berbentuk tulisan arab,  skor-skor, bilangan-bilangan gambar, dan yang mengerti hanyalah seorang  yang membuatnya. Rajah itu merupakan kumpulan huruf-huruf terpotong  yang berbentuk suatu gambaran tertentu. Kemudian wafaq adalah  merupakan sekelompok angka-angka berbentuk n x n. Jika ditotal tiap-tiap  kelompoknya mempunyai hasil yang sama.

            Rajah itu sebagian besar tidak bisa dibaca, hanya pembuatnya yang  bisa membacanya, dari sini bisa kita pahami bahwa orang yang menggunakan rajah tadi tidak mengetahui sesuatu yang ditulisnya.

Mengamalkan doa-doa, hizib dan memakai azimat pada dasarnya tidak lepas dari ikhtiar atau usaha seorang hamba, yang dilakukan dalam bentuk doa kepada Allah SWT. Jadi sebenanya, membaca hizib, dan memakai azimat, tidak lebih sebagai salah satu bentuk doa kepada Allah SWT

Adapun beberapa media berupa “benda” hasil rajahan/wifiq tulisan ustadz sendiri,  tentunya sudah melalui proses ritual “pengisian” dengan ilmu wifiq  yang dimiliknya, antara lain sebagai berikut: Liontin Sembilan Berkah Asma Alwadud , Liontin Rajah Pesona Yusuf, Liontin Isim Bamarki ,Liontin Isim Bamarki, Liontin Kholisoh Jariyah, Haikal Ayatul Khomso Ayat Lima Perang, Azimat  Tujuh Bintang , Wifiq Dua Gabung, Sorban Al-Hikmah “Ontokusumo”  , Liontin Wafaq Mahabbah Ayat Lima, Rajah Diri Pribadi. Cincin Gores Alhikmah,Wafaq Perkasih Adam Hawa, Jaket Al-Hikmah Ontokusumo, Rajah Badan, Azimat Isim Buduh, Cincin Buduhun dan  Kaos Buduhun, Liontin Asma Khodam A’wan, Liontin Kulit HM, Membuka Aura Diri, Songkok / Kopiah Derajat , Liontin Azimat Kalacakra, Gelang Ayatul Hifzhi, Azimah Ayat Hifzh. Cincin Aura, Asma Payung Rosul dan banyak lagi.

Nah, bagi yang hendak konsultasi  seputar ilmu maupun produk rajah/wafaq/ wifiq/ ajimat dan lainnya dari tangan Ustadz Feriyandi, maka Anda bisa  Majelis Ta’lim Al-Hikmah Pusat Pengembangan Snei Jaga Diri “HIKMATAL JABBARO” Jakarta beralamat Jln.Poncol 2 Rt.13/07 Cilandak Jakarta Selatan., Tlp/WA: 087886927894. ( )****

Komentar